Selasa, 08 November 2022

 

MBAH ALI

SOSOK KIAI LOW PROFIL DESA KEDUNGLEPER 1)

Oleh : M. Aunun El Ma’ruf 2)

 

 

A.    GAMBARAN UMUM DESA KEDUNGLEPER

Kedungleper adalah sebuah Desa di wilayah Kabupaten Jepara Jawa Tengah bagian Utara. Desa Kedungleper termasuk wilayah Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara. Secara geografis Desa Kedungleper berada di sebelah utara Desa Bangsri. Lebih kongkritnya Desa Kedungleper berbatasan dengan Desa Wedelan di sebelah timur, Desa Bangsri di sebelah selatan, Desa Jerukwangi di sebelah Barat dan Desa Kaliaman dan Kancilan di sebelah Utara. Kedua desa terakhir, yaitu Desa Kaliaman dan Desa Kancilan termasuk wilayah Kecamatan Kembang.

Desa Kedungleper berada di jalur Jepara menuju lokasi PT (Persero) PLTU Tanjung Jati B Desa Tubanan Kecamatan Kembang melalui jembatan yang fenomenal, bersejarah dan unik yaitu jembatan gantung, yang oleh masyarakat disebut dengan Kretek Gandul.

Mayotritas penduduk Desa Kedungleper adalah beragama Islam sunni, dengan rata-rata mata pencaharian sebagai petani, buruh tani, pedagang dan lain sebagainya.

Secara geografis Desa Kedungleper berada di jalur pantura KM 17 utara kota Jepara. Untuk menujuDesa Kedungleper dapat ditempuh dari arah selatan, Jepara dan dari arah timur, Pati.



 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 1 :

Peta Desa Kedungleper

B.     BIOGRAFI MBAH ALI

Desa Kedungleper tidak bisa lepas begitu saja dari sosok low profil, yaitu mbah Ali, begitu masyarakat setempat memanggilnya. Nama lengkapnya adalah Muhammad Ali bin Ahmad Sanwasi (Penggung, Nalumsari) bin ... bin Muhammad Endro (Gambiran Pati) bin Ahmad Mutamakin (Kajen Pati). Silsilah mbah Ali juga bersambung sampai pada Kyai Umar, ayah Kyai Sholeh Darat (waliyullah), sebab Kyai Ahmad Sanwasi, ayah dari mbah Ali adalah menantu Kyai Umar.

Mbah Ali lahir tidak ada yang tahu secara persis tahun kelahirannya, hanya diperkirakan beliau lahir kurang lebih tahun 1870 di Desa Penggung Kecamatan Nalumsari Kabupaten Jepara. Dari pasangan Ahmad sanwasi dan istri pertama, (tidak diketahui namanya), telah dikaruniai anak, mbah Ali dan dari istri ke dua, mbah Darijah telah dikaruniai anak mbah Abdurrosul (ayah dari mbah Ahmad Fauzan). Dari silsilah ini, Mbah Ali masih saudara dengan mbah Abdur Rasul ayah dari mbah Fauzan, salah satu tokoh pergerakan nasional Kabupaten Jepara, dari istri mbah Ahmad Sanwawi yang ke dua mbah nyai Darajah, ada yang menyebut mbah Darijah.

Sebagai seorang ulama shufi, mbah Ali tidak menonjolkan kepribadiannya sebagai sosok keturunan ulama danningrat. Kehidupannya sangat sederhana sebagaimana kebanyakan masyarakat desa pada umumnya. Satu hal yang menjadi seolah-olah itu menjadi pesan moral secara turun temurun adalah bahwa mbah Ali tidak suka popularitas dan juga tidak ridlo jika anak-anaknya menjadi pegawai pemerintah. Lain halnya dengan mbah Abdurrosul, saudaranya, yang lebih moderat dalam pemikiran dan tindakannya, sehingga anak keturunan mbah Abdurrosul banyak yang berkiprah dalam dunia politik dan pemerintahan.

Sebagai sosok terpelajar, mbah Ali menimba ilmu kepada ayah dan kakeknya sendiri. Disamping itu beliau juga belajar kepada kiai Umar Semarang (ayah mbah Soleh Darat, Semarang). Banyak cerita dari para ahli waris mbah Ali tentang karya tulisnya namun masih belum ketemu kitab yang dapat dipertenggungjawabkan sebagai karya tulisnya. Ada dokumen tulisan tangan yang disinyalir karya tulis mbah Ali, tetapi tidak ada halaman depannya sehingga masih absurd jika itu dikatakan karya mbah Ali. Menurut cerita lisan dari para ahli warisnya, karya mbah Ali cukup banyak, namun tidak terdokumentasi dengan baik.

Dikisahkan ketika awal mbah Ali datang di Desa Kedungleper adalah berdakwah sambil membuka lahan pertanian baru guna menopang kehidupan sehari-hari. Lahan yang dibuka beliau adalah dukuh Lo (ngelo) Desa Keliaman Kecamatan Kembang. Menurut cerita yang berkembang dari mulut ke mulut areal lahan yang dibuka cukup luas. Naif, karena sakit dan lahan belum sempat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, akhirnya mbah Ali pulang ke kampung halaman, Penggung Nalumsari Jepara. Beberapa tahun tidak ada kabar kembali ke Desa Kedungleper, akhirnya sesepuh Desa Kedungleper yang oleh masyarakat dikenal dengan sebutan mbah Tuan, menjemputnya kembali ke Desa Kedungleper.

Ketika mbah Ali tiba kembali di Desa Kedungleper dan hendak memanfaatkan lahan yang pernah dibuka di dukuh Lo (ngelo) Desa Kaliaman, untuk lahan pertanian, ternyata sudah dikuasai oleh masyarakat setempat. Dasar seorang kiai, tidak mau ribut-ribut dengan masyarakat lahan tersebut dibiarkan dikuasai oleh masyarakat. Karena jasa perjuangan dalam dakwah islamiyah di Desa Kedungleper dan potensi yang dimiliki oleh mbah Ali akhirnya mbah Tuan memberikan sebidang tanah pekarangan untuk pusat kegiatan dakwah. Pernah ada wacana yang digulirkan oleh cucu dan cicit mbah Ali untuk menggugat lahan tersebut, namun minimnya bukti kepemilikan akhirnya urung untuk dilakukan. Hal yang sangat wajar waktu itu belum  ada penataan administrasi seperti sekarang ini.

Setelah sekian lama mengabdi kepada masyarakat melalui bidang pendidikan dan pengajaran Islam,  telah sampailah ajal menjemput mbah Ali. Beliau wafat tidak diketahui secara persis tahunnya, namun diperkirakan beliau wafat kurang lebih tahun 1935 an dan dimakamkan di pemakaman “Mbah Ali” Desa Kedungleper Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara. Untuk menuju makam mbah Ali, para peziarah khususnya anak cucu yang telah menyebar di seluruh nusantara, dapat ditempuh melalui jalur selatan dan timur. Dari jalur selatan ; dari arah Jepara menuju Bangsri. Sesampainya di perempatan bangjo (trafic light) Bangsri, ambil jalur kiri, jalan Suromoyo, ke barat arah Kedungleper dan cari lokasi makam mbah Ali, yang oleh masyarakat lebih mengenalnya dengan makam wetan. Adapun dari arah timur dapat ditempuh dari arah Pati. Sesampainya di wedelan (sebelum pom bensin Wedelan, ambil lurus jurusan Desa Kedungleper, dan cari lokasi makam mbah Ali.

 

 



 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 2 :

Makam mbah Ali (perkiraan ; 1860-1935 M) dan istri mbah Masyithah

(di komplek makam mbah Ali, makam wetan)

 

 

C.     PERJUANGAN, JASA DAN PENINGGALAN MBAH ALI

Mbah Ali datang di Kedungleper dalam rangka penyebaran agama Islam sambil membuka lahan baru untuk area pertanian, sebagai ikhtiah untuk menopang kehidupan di perantauan. Tidak berarti di Kedungleper pada waktu itu penduduknya belum beragama Islam tetapi dipandang oleh beliau keislaman pendudukKedungleper masih menganut Islam abangan. Dikisahkan bahwa Islam di Kecamatan Bangsri terutama di wilayah Desa Wedelan (tepatnya di Banjaran, salah satu dukuh di Desa Wedelan ), Desa Banjaran (tepatnya di Candi sendangsari salah satu dukuh di Desa Banjaran) dan Desa Kedungleper dibawakan oleh mbah Arif atau mbah Madanom dari Adn, Yaman. Dalam perkembangan Islam yang dibawa oleh mbah Arif, masih dipengaruhi oleh pengaruh agama sebelumnya, yaitu Hindu-Budha. Justru dalam mitos yang berkembang dukuh Candi sendang sari, Banjaran Bangsri Jepara, dimana makam mbah Arif berada, dulunya terdapat bangunan candi sebagai pusat agama Hindu di Bangsri. Oleh karenanya daerah itu dikenal dengan nama Candi.

Sejak kedatangan mbah Ali di Kedungleper, Islam telah menyebar dengan luas di wilayah tersebut dan umumnya di Kecamatan Bangsri, namun masih dipengaruhi oleh ajaran agama Hindu-Budha dengan metode dakwah yang dilakukan oleh mbah Arif dan murid-muridnya adalah masih menggunakan metode konvensional, yakni; melalui keteladana dalam kehidupan bermasyarakat, mauidhoh hasanah melalui pendekatan ceramah atau pengajian umum dan islamisasi ritual hindu-budha ke dalam ajaran Islam. Sejak mbah Ali di Kedungleper, sebagai seorang ulama dan salah satu keturunan para wali itu, metode maupun pendekatan dakwah dan pengajaran agama Islam dilakukan dengan menggunakan kitab kuning. Hal ini merupakan pendidikan yang mentradisi dilakukan di setiap pondok pesantren. Boleh dibilang bahwa dakwah islamiyah yang dilakukan oleh mbah Ali itu adalah  yang pertama dilakukan, sebagai cikal bakal pendidikan pesantren di Kecamatan Bangsri. Mulai saat itulah ajaran Islam mulai menampakkan jati dirinya sebagai ajaran yang murni, secara perlahan tidak terpengaruh lagi secara singkretis dengan ajaran Hindu-Budha.


Sebagai jasa peninggalan mbah Ali dalam penyebaran Islam di Kedungleper adalah berdirinya masjid Mujahidin Kedungleper pada tahun 1911 (masih perkiraan) sebagai pusat kegiatan keagamaan dan pendidikan.


Gambar 3 :

Masjid Mujahidin, Peninggalan mbah Ali

 
















Gambar 4 :

Karya Tulis Peninggalan mbah Ali

 
 

 

 

 

 

D.    SIKAP POSITIF MBAH ALI YANG DAPAT DITELADANI

Dalam perjuangannya menyebar dan mengembangkan dakwah Islam, mbah Ali menyampaikan ajaran Islam melalui sikap positip yang dapat diteladani, diantaranya:

1.  Melakukan dakwah secara bertahap atau tadriji. Dalam dakwahnya, mbah Ali mengajarkan agama Islam secara bertahap. tidak ada ajaran agama yang diberlakukan secara mendadak, semuanya melalui prosespenyesuaian. Mula-mula yang dilakukan adalah menyesuaikan pengajaran Islam sebelumnya yang telah dirintis oleh mbah Muhammad Arif dan para muridnya.

2.  Gigih dan tangguh dalam berdakwah. Kegigigihan dan ketangguhan dalam menyebarkan agama Islam terbukti dari perjalanan yang cukup jauh, merantau dari tanah kelahirannya Penggung ( sekarang masuk wilayah Kecamatan Nalumsari) menuju Desa Kedungleper dengan berjalan kaki yangmelelahkan (maklum waktu itu belum ada kendaraan umum). Kegigihan dan ketangguhan ini juga dibuktikan dengan pembukaan lahan baru untuk lahan pertanian, disamping gigih dalam berdakwah yang penuh dengan tantangan.

3.  Santun dan dermawan dalam berdakwah. Sikap ini ditunjukkan ketika mbah Ali kembali lagi ke Desa Kedungleper dan hendak mengurus lahan yang sudah dibuka sebelumnya. Karena lahan baru yang dibuka oleh mbah Ali dikuasai oleh masyarakat setempat, mbah Ali mengikhlaskan begitu saja tanpa ada tuntutan apapun.

4.  Toleran dan selalu menjalin hubungan baik antar sesama. Hubungan baik yang ditunjukkan pada masyarakat luas dan penguasa (Petinggi) Desa Kedungleper menjadikannya mbah Ali menjadi sosok guru yang dibanggakan dan menghantarkannya diangkat menjadi sesepuh Desa  pada masanya.

5.  Low profil dan tidak suka popularitas. Sikap ini yang dalam bahasa kitab atau bahasa keislaman disebut dengan tawadlu’ ditunjukkan oleh mbah Ali ketika melakukan dakwah islamiyah di Desa Kedungleper tidak membanggakan akan keilmuan dan silsilah beliau yang bersambung sampai ke ulama-ulama besar atau para wali di nusantara. Sikap tawadlu’ ini juga dilakukan mbah Ali ketika harus mengalah di saatlahan baru yang dibuka mbah Ali diikhlaskan begitu saja untuk dimiliki oleh masyarakat.




 

 


 

Gambar 5:

Tradisi ngaji kitab kuning, peninggalan jasa mbah Ali

 (metode dakwah islamiyah yang dilakukan mbah Ali

melalui pendekatan penggunaan kitab kuning sebagai referensi pertama

di Kecamatan Bangsri)

Yang selalu diselalu diteladani oleh anak cucu sampai sekarang

 

 

E.     PENUTUP

Demikian sekilas biografi tokoh lokal Desa Kedungleper yang seharusnya mendapatkan perhatian lebih oleh kaum muslimin khususnya masyarakat Desa setempat. Penulisan ini hanya didasarkan dari interview dari para ahli waris dan cerita dari mulut ke mulut yang berkembang karena sifat low profil mbah Ali dan keturunannya tidak suka pada popularitas sehingga tidak atau belum ada literasi yang dapat dijadikan referensi.

Kritik dan saran serta perbaikan sangat diharapkan agar biografi ini dapat dijadikan panutan secara representatif.

 

 

 

1)       

Ø  Biografi tersebut  ditulis dalam rangka memperingati hari HSN dan menyongsong peringatan Hari Pahlawan Nasional tahun 2022, disamping adanya dorongan dan keinginan untuk menulis biografi mbah Ali guna mengenang jasa dan perjuangan beliau, meneladani sikap positif beliau serta untuk menyambung tali silaturrahim inter dan antar bani Ali.

Ø  Monggo ahli waris dan segenap anak cucu mbah Ali, barangkali ada kritik dan saran perbaikan sangat diharapkan, baik dari segi penulisan, konten  maupun referensi. Diharapkan juga dengan sangat suka cita jika ada versi dan sumber cerita yang lain guna menambah khazanah pengetahuan bagi anak cucu mbah Ali dalam berkiprah melanjutkan dakwah islamiyah .

2)      Khadimul Madrasah MI / MTs. Miftahul Huda KedungleperBangsri Jepara

1)     

Kamis, 31 Maret 2022

 

GURUKU

Oleh : M. Aunun El Ma’ruf

 

Ketika tengah malam berlalu

Sedang purnama mengulum senyum

Ku renungi sehari hari bersamamu

Gurau dan humor bahkan amarah menghiasi waktu

Dalam ruang bak penjara nestapa

Oh, guruku....

Dalam pesona siang dan malam

Terlintas bayang bayang ceria

Bersama hasrat tak terkatakan

Kucoba pegang jidatku

Dengan pelukan cerita lara

Ternyata oh ternyata...

Harapan jadi penyesalan

Hilang seiring pudarnya lamunan

Ternyata maksud dapat penuh rintangan

Kubiasakan duka di relung kalbu

Serasa terbentur batu

Hati bagai diterjang gelombang pasang

Saat kuhitung perpisahan di depan pintu

Tapi, biarlah...

Aku kan larikan hati yang resah

Di dalam derai cucuran pipi nan basah

Ku coba membunuh sepi

Ku coba gores kalbuku

Ku ukir di sudut tepian buku hatiku

Tuk ku ingat sampai batas waktuku

Di bawah kuasa cita yang suci

Ku bangkit mencari citramu

Kunantikan harapan bersemi

Padamu jua cita harapan

Oh, guruku....

Guruku....

Maafkanlah daku....

Salahkah aku....

Dosakah aku...

Atas pengorbanan dan kesabaranmu

Atas curahan pengetahuan dan keteladananmu

Tanpa dirimu aku bukanlah apa-apa
Tanpa dirimu aku bukanlah siapa-siapa
Tanpa dirimu banyak hal yang ku tak tahu

Guruku....

Atas jasa yang telah kau berikan

Atas keteladananmu yang telah menginspirasi

Karena besarnya jasamu aku tak mampu membalas

Aku hanya mampu ucapan terima kasih yang tiada  tara

Hanya sepotong doa narapidana yang dapat kupersembahkan

Disertai sejuta harapan dan doa

Semoga guru dalam keberkahan lindungan rahmat ilahi

Memberkati dalam hidupku yang nestapa ini

Tuk meraih hikmah ilmu nan  penuh arti

Menuju ridla ilahi rabbi...

 

Kedungleper , 25 November 2021

Selasa, 06 Januari 2015

Peringatan maulid ke 1489

1489 TAHUN PERINGATAN MAULID MUHAMMAD SAW.



raahat al athyar tasydu…
Fii layaalii al maulidi…
Wa bariiq al nuru yabdu…
Min ma’ani ahmadi…
Bii layali almaulidi…”


Muhammad,…
Sebuah nama yang singkat,penuh makna
Sebuah nama yang tak mampu terurai dengan kata-kata
Sebuah nama yang sangat indah
Ia sosok manusia fenomenal
Sosok manusia pilihan
Pilihan  dari segala pilihan yang terbaik
Pilihan menjadi sosok kekasihNya sekaligus nabi dan utusanNya untuk menjadi rahmat semesta alam
Sosok suritauladan bagi sosok lain yang mengharap  RidlaNya.
Dari suku Quraiys, bangsa Arab pra Islam, sebuah klan Arab yang fenomenal

Ia terlahir di tahun dimana raja Abraha yang dengan gagah beraninya mengendarai gajah bersama pasukannya, dari abessinia.
Dengan congkaknya mereka  ingin menghancurkan “rumah Allah”, karena sifat iri, dengki dan  sombongnya akan kota Mekah dengan Ka’bahnya yang menjadi kota metropolitan kala itu.
Ya,”rumah Allah”, dialah bangunan berbentuk kubus di kota Mekah,
Ka’bah namanya, ya, ka’bah nama bangunan itu, yang yang berarti “kubus”,yang kini menadi qiblat shalat umat Islam seluruh dunia.
Pepatah telah mengatakan, manusia berencana, Tuhanlah yang menentukan.
Manajemen Abrahah yang sudah diputuskan untuk menghancurkan ka’bah
Datanglah Ababil, segerombolan burung yang mambawa bara api neraka, telah meluluhlantakkan Abrahah dan pasukannya

Syahdu syahdan, duka berbalut iba sejak kelahirannya.
Dua bulan dalam kandungan ibunya, telah wafat ayahnya, Abdullah.
Ia terlahir yatim dalam keluarga yang tidak berkecukupan.
Disusuinya sosok manusia pilihan itu oleh Halimah Assa’diyyah dan kemudian oleh Tsuwaibah al Aslamiyah
dalam usianya yang masih enam tahun, ibunya telah menyusul kepergian ayahandanya ke keharibaan Allah.
Kisah manusia pilihan itu di bawah asuhan pamannya yang juga dari keluarga miskin secara ekonomi, setalah dua tahun sebelumnya diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib, yang telah meninggalkannya di kala usia delapan tahun.
Suka duka dalam perjalanan hidupnya, kisah nabi dan utusan Alllah terakhir
Tiada nabi sesudahnya sebagaimana sabdanya “Tiada Nabi sesudahku, jika ada dialah Umar orangnya”.

Meskipun dari keluarga bangsawan tetapi miskin, Muhammad kecil tidak merasa gengsi, gengsi dalam status sosial, gengsi dalam status ekonominya.
Ia menggembalakan kambing pamannya untuk membantu perekonomian keluarga.
Hingga beranjak dewasa, Abu Thalib sang pembela hidupnya dalam suka dan duka
telah mengantarkannya menjadi sosok enterpreneur yang sejati.
Ya… dialah Muhammad..
Nama yang indah
Nama yang fenomenal
Nama yang mampu diurai dengankata-kata.
Yang hari ini kita peringati sebagai hari kelahirannya yang ke 1489 terhitung tahun hijri qomari
Dan peringatan yang ke 1444 dari tahun al masih.

Keteladannya tak lapuk oleh hujan dan tak lekang oleh teriknya panas sepanjang masa.
Tetapi tidak semua manusia dapat mengambil suritauladan darinya.
Kebanyakan karena ketidaktahuannya merasa merekalah yang berjasa.
Merasa super, merasa sukses, merasa banyak koleganya, merasa mempunyai edudukan di atas, measa berada, merasa berjaya, merasa dan merasa lebih dari yang lain.
Keteladanan Muhammad hanya bisa diambil hikmahya oleh tiga golongan, yaitu;
Orang yang mengharap ridla Allah adalah golongan pertama
Orang ang menharap keselamatan kelak di akhirat adalah golongan kedua
Dan golongan ketiga adalah orang yang senantasa mengingat Allah dalam suka dan duka sebagaimana tercantum dalam FirmanNya.

ingat tidak hanya sebatas menyebut namaNya, di kala duka
Ingat tidak sekedar memujiNya di kala suka.
Tetapi ingat akan hukum-hukum yang diterapkan untuk hambaNya
Ingat nama-namaNya yang Agung.
Ingat sifat-sifatnNya yang sempurna.
Ingat Dia yang menciptakannya untuk mengabdi kepadaNya.
Mereka merefleksikan dalam setiap detak jantungnya,
Dalam setiap tarikan dan hembusan nafasnya
 Tuntunlah daku ke jalan keteladanannmu ya nabiyallah Muhammad saw.amin.




Kamis, 11 September 2014

Manusia dalam Kehidupan Sosial menurut Islam

MANUSIA DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
MENURUT PANDANGAN ISLAM


Manusia adalah makhluk kompleks. Dimana mereka merupakan paduan antara wujud material dan wujud spiritual dalam satu kesatuan ciptaan Yang Maha Pencipta. Manusia juga tidak serta merta tinggal diam seperti halnya mkhluk dalam wujud benda material lainnya, melainkan selalu bergerak dinamis untuk mengaktivisasikan dirinya.
Aristoteles mengkatagorikan manusia ke dalam  Zoon Politicon, yang berarti manusia adalah makhluk yang ingin selalu bergaul dan berkumpul. Jadi manusia adalah makhluk yang bermasyarakat. Oleh karena sifat suka bergaul dan bermasyarakat itulah manusia dikenal sebagai makhluk sosial. Menurutnya bahwa manusia itu makhluk sosial. Ia tidak hanya bermaksud menegaskan ide tentang kewajiban manusia untuk bersosialisasi dengan sesamanya, melainkan ide tentang makhluk sosial terutama bermaksud menunjuk langsung pada kesempurnaan identitas dan jati diri manusia.
Menurut pandangan Islam manusia secara etimologi disebut juga insan yang dalam bahasa arabnya, berasal dari akar kata nasiya yang berarti lupa. Dan jika dilihat dari akar kata al-uns maka kata insan berarti jinak. Dari kedua akar kata tersebut kata insan dipakai untuk menyebut manusia, karena manusia memiliki sifat lupa dan jinak, dalam arti manusia selalu menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru disekitarnya. Keberadaan manusia sangat nyata sekali berbeda dengan makhluk yang lainnya. Seperti dalam kenyataannya manusia adalah makhluk yang berjalan di atas dua kaki dan memiliki kemampuan untuk berfikir. Sedangkan berfikir itu sendiri merupakan sifat dasar dari manusia yang menentukan hakekat manusia itu sendiri dan mebedakannya dengan makhluk lainnya.
. Manusia juga memiliki karya yang dihasilkannya sehingga berbeda dengan makhluk yang lain. Hasil  karya manusia itu dapat dilihat dalam setting sejarah dan setting psikologis, geografis, situasi emosional dan intelektual yang melatarbelakangi hasil karyanya. Dari hasil karya yang dibuat manusia tersebut, menjadikan ia sebagai makhluk yang menciptakan sejarah.
Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana manusia dalam kehidupan sosial? Sebelum menguraikan masalah manusia dalam kehidupan sosial, perlu penulis uraikan apa yang dimaksud dengan sosial dan kehidupan sosial. Para ahli mendefinisikan sosial sebagai sebuah ungkapan yang nampaknya masih terdapat beberapa sudut pandang yang berbeda sehingga mereka mendefinisikan sosial belum ada satu kata sepakat. Berikut beberapa pengertian menurut para ahli:
“Sosial adalah sifat dasar dari setiap individu” (Philip Wexler). “Sosial adalah lebih dari sekedar jumlah manusia secara individu karena mereka terlibat dalam berbagai kegiatan bersama” (Paul Ernes). “Sosial adalah cara tentang bagaimana para individu saling berhubungan” (Enda M.C.). Sosial adalah sebuah inti dari bagaimana para individu berhubungan walaupun masih juga diperdebatkan tentang pola berhubungan para individu tersebut” (Engine Fahri). Dari beberapa pendapat tentang pengertian sosial menurut para ahli sebagaimana tersebut, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa sosial adalah “Hubungan individu dalam sebuah komunikas dan bagaimana cara mereka menjalin hubungan antar sesama dalam berbagai kegiatan bersama dan hubungan ini merupakan inti dari sebuah interaksi di antara mereka di lingkungan masing-masing dan tidak terikat oleh sebuah pola tertentu”.
Karena sosial merupakan cara manusia berhubungan dengan sesama dalam berbagai kegiatan, maka seiring dengan perkembangan budaya manusia, sifat sosial juga mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan pranata-pranata yang timbul berdasarkan tujuan atau kegiatan yang telah disepakati bersama oleh mereka. Menurut Koentjarainingrat, dalam kehidupan masyarakat, banyak sekali terdapat pranata-pranata sosial. Keanekaragaman pranata-pranata sosial tersebut berbeda-beda antara orang satu dengan yang lainnya dalam sebuah komunitas. Menurutnya, ada delapan macam pranata sosial, yaitu sebagai berikut:
1.      Pranata sosial yang bertujuan memenuhi kebutuhan kehidupan kekerabatan, misalnya keluarga
2.      Pranata sosial yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk matapencaharian, misalnya pertanian.
3.      Pranata sosial yang bertujuan memenuhi kebutuhan pendidikan, misalnya SD, SMP.
4.      Pranata sosial yang bertujuan memenuhi kebutuhan ilmiah manusia, misalnya i1mu pengetahuan.
5.      Pranata sosial yang bertujuan memenuhi kebutuhan rohanil batiniah dalammenyatakan rasa keindahan dan rekreasi, misalnya seni rupa, seni lukis.
6.      Pranata sosial yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan Tuhan atau alam gaib, misalnya masjid, gereja, pura,wihara.
7.      Pranata sosial yangbertujuan memenuhikebutuhan untuk mengatur kehidupan berkelompk-kelompok/bernegara, misalnya pemerintahan, partai politik.
8.      Pranata sosial yang bertujuan mengurus kebutuhan jasmani rnanusia, misalnyapemeliharaan kesehatan dan kecantikan.
Dalam kehidupan kita sebagai manusia sekaligus anggota masyarakat istilah sosial selalu dikaitkan dengan hal-hal yang berhubungan dengan manusia dalam hubungannya dengan manusia lainnya dan laingkungannya, seperti kehidupan kaum miskin di kota, kehidupan kaum berada, kehidupan nelayan dan seterusnya. Istilah sosial juga sering diartikan sebagai suatu sifat yang mengarah pada rasa empati terhadap kehidupan antar sesama manusia sehingga memunculkan sifat tolong menolong, membantu dari yang kuat terhadap yang lemah, mengalah terhadap orang lain, sehingga sering dikatakan bahwa seseorang dikatan sebagai orang atau manusia mempunyai jiwa sosial yang tinggi. Pada dunia pendidikanpun istilah sosial dipakai untuk menyebut salah satu jurusan yang harus dipilih ketika memasuki jenjang sekolah menengah atas atau pilihan ketika memasuki perguruan tinggi, dan jurusan tersebut adalah jurusan yang berkaitan dengan segala aktivitas yang berkenaan dengan tindakan hubungan antar manusia.
Lebih dari itu, manusia dalam kehidupan sosialnya menggunakan akal budi sebagai suatu sistem nilai yang berlaku dalam kurun waktu tertentu. Hidup berbudaya tersebut meliputi filsafat, aktifitas dan artefak yang meliputi segala aspek kehidupan manusia itu sendiri, seperti pandangan hidup, politik, teknologi, komunikasi, ekonomi, sosial, budaya, keamanan dan lain-lain. Pada diri manusia sejak dilahirkan juga sudah memiliki hasrat/bakat/naluri yang kuat untuk berhubungan atau hidup di tengah-tengah manusia lainnya. Manusia berperan sebagai mahluk individu dan mahluk sosial yang dapat dibedakan melalui hak dan kewajibannya. Namun keduanya tidak dapat dipisahkan karena manusia merupakan bagian dari masyarakat. Hubungan manusia sebagai individu dengan masyarakatnya terjalin dalam keselarasan, keserasian, dan keseimbangan. Oleh karena itu harkat dan martabat setiap individu diakui secara penuh dalam mencapai kebahagiaan bersama.
Masyarakat merupakan wadah bagi para individu untuk mengadakan interaksi sosial dan interelasi sosial. Interaksi merupakan aktivitas timbal balik antar individu dalam suatu pergaulan hidup bersama. Interaksi dimaksud, berproses sesuai dengan perkembangan jiwa dan fisik manusia masing-masing serta sesuai dengan masanya dari mulai interaksi non formal seperti berteman dan bermasyarakat sampai interaksi formal seperti berorganisasi, dan lain-lain. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi manusia hidup bermasyarakat, yaitu:
1.      Faktor alamiah atau kodrat Tuhan.
2.      Faktor saling memenuhi kebutuhan.  
3.      Faktor saling ketergantungan.
Keberadaan semua faktor tersebut dapat diterima oleh akal sehat setiap manusia, sehingga manusia itu benar-benar bermasyarakat, sebagaimana diungkapkan oleh Ibnu Khaldun bahwa hidup bermasyarakat itu bukan hanya sekadar kodrat Tuhan melainkan juga merupakan suatu kebutuhan bagi jenis manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. ika tingkah laku timbal balik (interaksi sosial) itu berlangsung berulang kali dan terus menerus, maka interaksi ini akan berkembang menjadi interelasi sosial.
Sementara interelasi sosial dalam masyarakat akan tampak dalam bentuk suatu perasaan hidup bersama, sepergaulan, dan selingkungan yang dilandasi oleh rasa kemanusiaan yang beradab, kekeluargaan yang harmonis dan kebersatuan yang mantap.
Dengan demikian tidak setiap kumpulan individu merupakan masyarakat. Dalam kehidupan sosial terjadi bermacam-macam hubungan atau kerjasama, antara lain hubungan antar status, persahabatan, kepentingan, dan hubungan kekeluargaan. Sebagai mahluk sosial, manusia dikaruniai oleh Sang Pencipta antara lain sifat rukun sesama manusia.
Dari uraian singkat tentang manusia dalam kehidupan sosial sebagaimana tersebut di atas, menurut pandangan Islam dapat dilihat dari berbagai perspektif baik normatif maupun interaktif dalam pengamalan nilai-nilai syariah islamiyah. Secara garis besarnya pandangan tersebut yang dapat dijadikan sebagai dasar adalah antara lain sebagai berikut:
1.      Penciptaan manusia (bahkan semua makhluk ciptaanNya) secara berpasangan, memberikan makna adanya saling ketergatungan, hidup bersama, saling berinteraksi dan berinterelasi.
2.      Nilai-nilai dalam pelaksanaan ibadah salat berjamaah, puasa, zakat dan haji juga memberika pelajaran bahwa manusia secara qodrati dituntut untuk empati terhadap sesama.
Jadi sosialitas merupakan kodrat manusia dalam mengarungi kehidupannya. Mereka tidak bisa hidup sendirian. Mereka memerlukan yang lain untuk hidup dalam kebersamaan, belajar bersama dalam kehidupan sebagai manusia, mencari kesempurnaan dirinya dalam tata kehidupan bersama. Sebuah kepribadian dari individu-individu dalam komunitas sosialnya akan mencapai kepunuhannya jika manusia tidak mampu menerima kehadiran sesamanya di lingkungannya untuk mencapai tujuan hidup bersama. Hidup bersama ada secara natural karena masing-masing pribadi menghendakinya. Masing-masing pribadi menghendakinya karena sadar bahwa kesempurnaan dirinya hanya tercapai melalui kebersamaanya dengan manusia yang lain. Hidup bersama dengan demikian bukan pertama-tama sebuah “gerombolan” tanpa tujuan, melainkan sebuah kesatuan dan sistem yang terarah kepada kesempurnaan dan keutuhan masing-masing individu. Hidup bersama ada pertama-tama untuk memenuhi kehendak dan tujuan setiap pribadi manusia untuk menyempurnakan dirinya. Inilah yang dimaksud good life, yakni teraktualisasikannya kesempurnaan hidup masing-masing individu manusia dalam konteks hidup bersama. Inilah inti pandangan Islam terhadap manusia dalam kontek kehidupannya sebagai makhluk sosial.